Popular Post

Posted by : Unknown Jumat, 03 Januari 2014

Kita kerap menemui jajanan makanan yang dikemas dengan menggunakan plastik.  Banyak jenis plastik yang tentunya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Lies Wisojodharmo, perekayasa polimer BPPT dalam Iptek Voice edisi 16 Juli 2013 menjelaskan bahwa plastik yang digunakan oleh para pedagang makanan pada umumnya terbuat dari bahan dasar PVC (Plolivinil Clorida).

Pada dasarnya, plastik  terbuat dari polimer, yakni satuan senyawa kimia yang merupakan perulangan dari satuan monomer yang terbuat dari hidrokarbon. Polimer sendiri memiliki banyak jenis dan tentunya dengan sifat yang juga berbeda. Ketika polimer ini ditambahkan bahan adiktif dan diolah dengan mesin injection molding atau ekstrusion akan menjadi produk yang biasanya kita sebut dengan plastik.

Kelebihan dari plastik adalah transparan, tahan air dan harganya lebih murah, hal ini merupakan alasan mengapa banyak masyarakat khususnya pedagang lebih memilih menggunakan plastik dibandingkan kaleng untuk membungkus makanan.

Masing-masing plastiik yang terbuat dari polimer berbeda-beda karena struktur kimianya pun berbeda, hal ini menyebabkan plastik-plastik tersebut memiliki sifat yang berbeda satu sama lain. Perbedaan sifat tersebut dapat dilihat dari titik leleh masing-masing plastik yang berbeda. Misalnya polietilena yang memiliki titik leleh yang tinggi, lebih dari 100°C. Oleh karena itu, plastik jenis polietilena sangat disarankan untuk membungkus makanan yang panas. Kemudian, plastik berbahan dasar PVC memiliki titik leleh yang rendah, yakni 80°C. Selain itu PVC juga mengandung bahan adiktif, maka plastik jenis ini tidak digunakan untuk makanan yang bersuhu tinggi.

Perbedaan antara plastik PVC dengan polietilena adalah PVC jika di kucek lebih berisik dan lebih transparan dibandingkan polietilin. Jenis lain yang juga dapat membahayakan kesehatan adalah stereofoam. Meskipun stereofoam terbuat dari polistirena dan memiliki titik leleh yang cukup tinggi, apabila dipakai untuk membungkus makanan berminyak, minyak tersebut dapat masuk ke dalam pori-pori stereofoam tersebut. Seterofoam juga merupakan jenis plastik yang susah untuk didaur ulang.

“Selain itu kita juga mengenal kantong kresek hitam yang umumnya digunakan oleh para pedagang. Kantong tersebut sebenarnya terbuat dari plastik yang di daur ulang, sedangkan plastik virgin atau plastik yang belum mengalami proses daur ulang masih mengkilat dan jernih dibandingkan plastik hasil daur ulang,” jelas Lies. 
Lies melanjutkan, bahayanya karena plastik daur ulang itu adalah plastik bekas yang sudah diolah dua kali atau lebih sehingga sudah terkena proses pemanasan yang menyebabkan rantai molekulnya pun sudah tidak bagus dan sudah putus-putus, sehingga tidak baik lagi untuk digunakan. Peraturan dari Badan POM, kresek tidak boleh digunakan untuk membungkus makanan langsung.

Di luar negeri sudah ada peraturan yang mengatur para produsen industri yang memproduksi plastik konvensional harus bertanggung jawab terhadap proses daur ulang plastik-plastik tersebut dengan membayar sejumlah biaya. Sementara di Indonesia sebenarnya peraturan tersebut sudah ada, tetapi pelaksanaannya belum berjalan dengan baik.

“Buat konsumen harus lebih hati-hati, lebih baik kita memperhatikan walaupun masih jarang tetapi itu suatu keharusan untuk memperhatikan bagian belakang kemasan plastik, ada tanda terbuat dari apa dan ingat PVC  jangan digunakan untuk temperature panas,” saran Lies. Ia juga menambahkan, “Bagi produsen atau industri dihimbau untuk pengemas makanan agar menggunakan yang food grade karena memang sudah ada SNI-nya,” tutupnya. 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Science and Everything For Have Fun - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -